Hujan Es di Surabaya Terjadi Karena Awan Cumulonimbus Sangat Besar dan Gelap
SURABAYA_WARTAINDONESIA.co – Fenomera hujan es yang sangat jarang terjadi di Indonesia kembali terjadi pada Senin, (21/02/22) dibeberapa wilayah di Indonesia termasuk Kota Surabaya. Sehingga, membuat masyarakat resah dan bertanya tanya.
Menurut peneliti senior dari Pusat Penelitian Mitigasi Kebencanaan dan Perubahan Iklim (Puslit MKPI) ITS Dr Ir Amien Widodo MSi bahwa, hujan es merupakan fenomena alam yang dapat terjadi termasuk di Indonesia.
Amien menerangkan, hail atau yang lebih dikenal dengan hujan es oleh masyarakat terjadi karena awan Cumulonimbus (Cb) yang sangat besar dan gelap seperti bentuk jamur. Awan yang sering muncul dari awal hingga di akhir musim penghujan ini dapat menyebabkan hujan es karena aliran udara ke bawah yang cukup tinggi.
“Dengan didukung suhu permukaan yang rendah, hujan yang akan turun bisa berbentuk butiran es,” ucap Amien, Jumat, (25/02/22).
Selain hal tersebut, lanjut Amien, awan Cb juga dapat membawa angin puting beliung yang sangat kencang. Menurutnya, hal ini yang memperburuk akibat dari hujan es yang kerap terjadi belakangan ini di Indonesia.
“Hujan es ini bukan kali pertama terjadi di Indonesia, kondisinya semakin parah karena semakin banyak titik yang mengalami hal ini,” ungkap dosen Departemen Teknik Geofisika ITS ini.
Sebelumnya, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) telah menyatakan perubahan iklim telah nyata terjadi di seluruh dunia. Efeknya adalah kondisi di permukaan bumi akan semakin ekstrem jika terus dibiarkan, termasuk terjadinya angin puting beliung bahkan hujan es yang sebelumnya sangat jarang terjadi di Indonesia.
“Hal ini yang perlu mendapat perhatian serius oleh semua orang, karena hujan es termasuk buntut dari perubahan iklim tersebut,” terangnya.
Mengingat perubahan iklim yang telah terjadi, Amien memaparkan bahwa hujan es sangat berpotensi menjadi bencana alam dari yang sebelumnya hanya fenomena alam biasa. Hujan es yang berukuran besar dan lebih padat dapat membawa kerusakan bagi masyarakat seperti pecahnya kaca atau genting rumah.
“Namun, angin puting beliung yang datang bersamaan dengan hujan es yang lebih harus diwaspadai karena bersifat lebih merusak,” tandasnya mengingatkan.
Hujan es yang terjadi tidak dapat diprediksi secara pasti akan terjadi kapan dan di mana, sehingga masyarakat tetap harus waspada terlebih saat musim penghujan. Hal ini karena tidak selalu awan Cb membawa angin puting beliung dan menurunkan hujan es.
“Konstruksi harus lebih disiapkan untuk menghadapi hujan es yang disertai dengan angin puting beliung,” pesan Amien. (*)
- Pewarta : Tulus W
- Foto : Istimewa
- Penerbit : Dwito