Suka Duka Warga di Area Wisata Taman Nasional Bromo Selama Masa Pandemi
PROBOLINGGO_WARTAINDONESIA.co – Hampir satu tahun pandemi Covid-19 telah memporak porandakan perekonomian Indonesia. Hingga, dampak pandemi dirasakan semua lapisan masyarakat. Termasuk, masyarakat yang tinggal di area Taman Nasional Bromo.
Kebanyakan masyarakat yang tinggal di area Bromo hidupnya lebih banyak menggantungkan ekonomi dari wisatawan yang berkunjung. Baik itu menyewakan jasa Hardtop atau Jeep, kuda serta berjualan makanan dan minuman.
Namun, semenjak pandemi Covid-19 semuanya berubah drastis. Masyarakat tidak lagi bisa mengais rejeki dari para wisatawan. Karena, Taman Nasional Bromo yang dulunya ramai dikunjungi wistawan lokal dan asing kini sepi dan sunyi akibat sempat diberlakukannya kebijakan untuk ditutup sementara.
Seperti yang disampaikan Jarot (45) warga Tengger yang mengais rejeki dengan menyewakan jasa Hardtop atau Jeep untuk berwisata di kawasan wisata Bromo bahwa, selama pandemi dirinya hampir jarang mendapatkan pemasukan. Karena, hampir tidak ada wisatawan datang.
“Meskipun wisata Taman Nasional Bromo sempat dibuka kembali namun tidak banyak wisatawan berkunjung. Mungkin mereka masih takut atau waspada terhadap virus corona. Otomatis, pemasukan berkurang dratis hingga 70 persen,” kata Jarot, Jumat, (29/01/21).
Sebelum pandemi, Masih kata Jarot, Hardtop atau Jeep yang disewa wisatawan bisa ratusan hingga ribuan kendaraan. Alhasil, pendapatan yang diperoleh Jarot bisa mencapai sekitar 3-4 juta selama satu minggunya.
“Namun, sekarang tidak bisa lagi diharapkan. Terkadang satu minggu bisa dapat 1 juta saja bersyukur. Tapi, terkadang tidak mendapatkan sama sekali,” terangnya sambil tertunduk sedih.
Demi untuk menghidupi keluarga, Jarot kembali melakukan pekerjaan yang dulu digeluti yaitu bercocok tanam dan bertani. Dengan menanam sayur mayur seperti gubis, kentang, bawang dan wortel. Meskipun, tidak sebanyak saat menyewakan Hardtop tapi dirinya bersyukur masih bisa menghasilkan uang.
Hal senada juga disampaikan Agus (25) pedagang makanan dan minuman di kawasan Taman Nasional Bromo mengaku kedainya sepi. Sehari hanya ada 2-3 orang yang membeli. Sehingga, pendapatannya turun drastis hingga 60 persen.
“Sepi banget mas. Tidak ada wisatawan yang berkunjung. Apalagi selama sebulan Januari – Februari ini ada acara Wulan Kapitu 2021. Dimana, ada larangan penggunaan kendaraan bermotor hanya boleh berjalan kaki atau berkuda untuk menikmati pemandangan di area wisata Bromo,” tandas Agus.
Namun, baik Jarot dan Agus mengaku bersyukur dengan adanya acara Wulan Kapitu 2021 kondisi alam dan udara di Taman Nasional Bromo terlihat bersih dan bebas polusi. Kabut juga sering terlihat lebih tebal. Mungkin, karena berkurangnya kendaraan yang lalu lalang.
Mereka juga berharap pandemi bisa segera berakhir agar kehidupan pariwisata di Indonesia khususnya di Taman Nasional Bromo bisa kembali hidup normal kembali. (*)
- Pewarta : Tulus W
- Foto : Tulus
- Penerbit : Dwito