Peneliti ITS : Hujan Deras Bukan Satu Satunya Penyebab Terjadinya Banjir

SURABAYA_WARTAINDONESIA.co – Kerapkali curah hujan tinggi disebut sebut sebagai penyebab utama bencana banjir yang melanda di beberapa wilayah yang ada di Indonesia. Padahal, nyatanya hujan bukan satu satunya penyebab terjadinya banjir.

Banjir terjadi bisa disebabkan karena saluran air yang telah dibuat tidak terjaga dengan baik seiring dengan pesatnya laju pertumbuhan penduduk kota. Berkurangnya lahan membuat masyarakat mulai merambah dan bermukim di tepi sungai serta pinggiran sekeliling bozem. Bahkan, menjadikan sungai dan bozem sebagai tempat pembuangan sampah.

Seperti yang disampaikan oleh peneliti bencana dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Dr Ir Amien Widodo MSi, bahwa, pada umumnya sebuah kota sudah didesain agar dapat menghadapi hujan terbesar yang pernah terjadi untuk menghindari banjir.

“Kapasitas saluran air untuk menampung curah hujan yang digunakan oleh sebuah kota bisa mencapai lima hingga 50 tahun. Bahkan bisa menggunakan perencanaan 100 tahun jika tersedia ruang dan biaya yang cukup,” ucap Dr.Amien, Jumat, (05/03/21).

Berdasarkan curah hujan tersebut, lanjut peneliti senior ITS, akan dihitung dan dibuat saluran penampung air hujan dengan dimensi menyesuaikan debit banjir yang akan terjadi. Saluran penampung air tersebut dapat berupa tanggul, bozem, atau rawa yang dibangun di berbagai tempat untuk menampung luapan sungai.

“Selain itu, untuk mempercepat penurunan muka air banjir, dipasang pompa-pompa air dan juga biasanya dilakukan pengerukan sedimen sungai, rawa, atau bozem untuk mencegah sedimentasi,” terangnya.

Namun, perencanaan yang telah dilakukan pemerintah itu bisa berjalan sebagaimana mestinya jika masyarakat juga mendukung dan mematuhi peraturan yang dibuat untuk menjaga saluran air.

“Mirisnya, hampir semua elemen masyarakat masih ada yang membuang sampah sembarangan, pada akhirnya saat hujan mengguyur mulai banyak saluran yang meluap dan membanjiri seluruh kota,” tandasnya.

Baca Juga  ITS Siap Garap Konversi Mobil Listrik Bersama Toyota

Untuk menghindari terulangnya bencana banjir, peneliti dari Pusat Penelitian Mitigasi Kebencanaan dan Perubahan Iklim (MKPI) ITS ini berujar bahwa pemerintah harus memberi sosialisasi secara terstruktur, sistemik, dan masif. Terstruktur artinya seluruh pihak khususnya yang bermukim di sekitar sungai diberi pemahaman tentang pentingnya menjaga dimensi sungai agar tetap seperti yang direncanakan. Untuk sistemik maksudnya adalah dengan menjaga kebersamaan semua pihak dalam satu unit kesatuan untuk menjaga sungai.

“Sangat disarankan pihak berwenang seperti Pekerjaan Umum dan Perumahan (PUPR) membuat sistem peringatan dini terhadap berbagai masalah di sungai, sehingga masyarakat bisa langsung melaporkan bila ada masalah dan dapat segera direspon, serta ditindaklanjuti,” pungaks Dr. Amien.

Dr. Amien juga menghimbau dan mengajak masyarakat agar lebih sadar untuk menjaga dan mengembalikan fungsi utama sungai dan gunung sebagai pencegah banjir. (*)

  • Pewarta : Tulus W
  • Foto : Istimewa
  • Penerbit : Dwito

You may also like...