JREF 2024 Langkah Strategis Memperkuat Sektor Pertanian dan Ketahanan Pangan
SURABAYA_WARTAINDONESIA.co – Sebagai salah satu wilayah strategis di Indonesia, pulau Jawa menjadi pusat perhatian dalam upaya meningkatkan ketahanan pangan dan mendorong hilirisasi sektor pertanian.
Hal tersebut disampaikan oleh Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Timur, Erwin Gunawan Hutapea dalam Java Regional Economic Forum (JREF) 2024 pada Rabu, (20/11/24) di Surabaya.
Oleh karena itu, melalui JREF 2024, Bank Indonesia dengan pemerintah daerah di seluruh wilayah Jawa serta Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Kemenperin dan Lembaga lainnya berkomitmen mendorong hilirisasi pangan di Jawa.
Komitmen tersebut disepakati dalam JREF 2024 yang dilaksanakan dengan Rapat Koordinasi Wilayah (Rkorwil) dan diserminasi hasil kajian mengenai hilirisasipangan. Dimana, forum ini bertujuan untuk membahas langkah-langkah strategis dalam memperkuat sektor pertanian melalui proses hilirisasi yang dapat meningkatkan nilai tambah produk pertanian.
Erwin Gunawan Hutapea menekankan pentingnya hilirisasi untuk mendorong nilai tambah dan mendukung ketahanan pangan. Dimana, hilirisasi perlu difokuskan pada komoditas surplus dan komoditas ekspor yang berbentuk material.
“Melalui JREF 2024 ini akan membahas langkah-langkah strategis untuk mendukung akselerasi pertumbuhan ekonomi melalui sektor pertanian,” ucap Erwin, Rabu, (20/11/24).
Menurut Erwin, pertanian menjadi salah satu sektor strategis dengan kontribusi sebesar 11,94% terhadap PDRB Jawa Timur dan menyerap tenaga kerja hingga 31,46%.
Ditempat yang sama, Asda II Provinsi Jawa Timur, Joko Irianto,M.Si menyampaikan rasa syukur atas capaian ekonomi Jawa Timur yang terus tumbuh positif. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), ekonomi Jawa Timur pada Triwulan III 2024 tumbuh sebesar 4,91%.
“Ini menjadikan Jatim penyumbang ekonomi terbesar kedua di Indonesia dengan kontribusi 14,52% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional,” terang Joko.
Sebagai salah satu lumbung pangan nasional, Jawa Timur menyumbang sebagian besar produksi komoditas strategis di Indonesia. Di antaranya, beras sebesar 30,6%, cabai rawit 37,4%, bawang merah 24,4%, daging sapi 20,4%, telur ayam 28,7%, susu 54,5%, dan pisang 28,8% dari total produksi nasional.
Salah satu program unggulan yang dicanangkan adalah percepatan implementasi korporasi petani, yaitu model kelembagaan berbasis koperasi dengan mayoritas kepemilikan oleh petani. Program ini bertujuan meningkatkan kesejahteraan petani sekaligus memperkuat ketahanan pangan dan pengendalian inflasi.
Melalui korporasi petani, petani tidak hanya fokus pada produksi primer seperti beras, tetapi juga diarahkan untuk menghasilkan produk hilir bernilai jual tinggi seperti pelet pakan ternak, sekam padi, tepung beras, hingga biogas.
Sedangkan, kunci optimalisasi potensi pertanian Jawa Timur terletak pada sinergi antar pemangku kepentingan, inovasi teknologi, serta penguatan hilirisasi produk.
Dengan langkah ini, Jawa Timur tidak hanya memperkuat ketahanan pangan tetapi juga berkontribusi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi nasional,” ungkap Joko. (*)
- Pewarta : Tulus Widodo
- Foto : Istimewa
- Penerbit : Dwito