Kementerian Keuangan Jawa Timur Laporkan Perkembangan Perekonomian Jatim
SURABAYA_WARTAINDONESIA.co – Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Triwulan IV-2023 sebesar 4,69% (yoy), sedikit melambat dibandingkan Triwulan III-2023. Namun demikian, Jawa Timur tetap menjadi kekuatan Ekonomi Ke-2 di Pulau Jawa dengan kontribusi 24,99% dan secara nasional berkontribusi sebesar 14,22% dari total PDB Indonesia di Triwulan IV-2023.
Hal tersebut disampaikan Perwakilan Kementerian Keuangan Provinsi Jawa Timur Sigit Danang Joyo dalam laporan APBN KiTa Regional Jawa Timur pada Senin, (26/02/24) di Surabaya.
Menurut Sigit, Investasi di Jatim konsistem tumbuh. Secara tahunan, total investasi Jawa Timur sampai dengan akhir tahun 2023 mencapai Rp145,10 Triliun dan tumbuh sebesar 29,85% dibandingkan tahun 2022.
Pada triwulan IV-2023 (Rilis 2 Februari) sebesar Rp45,04 T tumbuh 15,78% (q-to-q) dan 43,87% (y-on-y) yang terdiri dari PMA sebesar Rp24,33 T tumbuh 50,19% (q-to-q) dan 70,69% (y-o-y), sedangkan PMDN sebesar Rp20,71 T tumbuh 21,45% (y-o-y) namun terkontraksi -8,77% (q-to-q).
“Kabupaten Gresik merupakan daerah dengan nilai investasi terbesar di Jawa Timur dengan total investasi sebesar Rp49,46 Triliun diikuti kota Surabaya (Rp23,27 Triliun) dan kabupaten Pasuruan (Rp20,74 Triliun),” kata Sigit.
Tingkat Inflasi Jatim bulan Januari 2024 sebesar 2,47% (y-on-y) namun terjadi Deflasi 0,10% (m-to-m) dan 0,10% (y-t-d). Peristiwa yang mempengaruhi inflasi di bulan ini antara lain pada makanan, minuman, dan tembakau yang memiliki andil paling tinggi terutama beras karena cuaca yang tidak menentu dan rusaknya jalan menyebabkan kurangnya pasokan beras disejumlah wilayah.
Nilai Tukar Nelayan (NTN) Jawa Timur bulan Januari 2024 sebesar 94,73, terjadi penurunan sebesar 3,03%. Hal tersebut dikarenakan Indeks Harga Terima Nelayan (It) turun sebesar 2,57% menjadi sedangkan Indeks Harga Bayar Nelayan (Ib) naik sebesar 0,47%.
Sedangkan, Nilai Tukar Petani Jawa Timur bulan Januari 2024 turun sebesar 0,16% dari 116,05 menjadi 115,86. Hal ini disebabkan karena indeks harga yang diterima petani (It) mengalami kenaikan lebih rendah dibandingkan indeks harga yang dibayar petani (Ib). It naik sebesar 0,27% dan Ib naik sebesar 0,43%.
Realisasi Pendapatan Negara mencapai Rp21,65 Triliun atau 7,73% dari target sebesar Rp279,95 Triliun, secara nominal turun -6,97% dibandingkan periode yang sama TAYL. Dari sisi Penerimaan Pajak, telah tercapai realisasi sebesar 8,45% (Rp10,36 Triliun) dari target Rp122,36 Triliun. Sedangkan Penerimaan Kepabeanan dan Cukai mencapai 7,13% (Rp10,84 Triliun) dari target (Rp152 Triliun), dan realisasi PNBP mencapai 8,38% (Rp0,45T) dari target (Rp5,33 Triliun).
Realisasi Pendapatan APBD Konsolidasian se-Jatim s.d 31 Januari 2024 Rp12,51 T (9,86%) dari Target TA 2024 sebesar Rp126,86 Triliun, mengalami pertumbuhan baik persentase (69,32%) maupun nominal (69,07%) secara year-on-year (yoy). Sedangkan Belanja APBD Konsolidasian se-Jatim s.d 31 Januari 2024 telah terealisasi Rp3,19 T atau 2,32% dari Alokasi TA 2024 sebesar Rp137,69 Triliun yang didominasi oleh komponen Belanja Pegawai dengan proporsi 61,41%.
Surplus APBD s.d 31 Januari 2024 tercatat sebesar Rp9,32 Triliun, dengan Pembiayaan Bersih sebesar minus Rp0,63 Triliun sehingga SILPA s.d 31 Januari 2024 sebesar Rp8,69 Triliun. Saldo Rekening Kas Umum Daerah (RKUD) sampai dengan akhir Januari 2024 sebesar Rp17,08 Triliun.
Penyaluran KUR tumbuh positif. Jumlah debitur KUR meningkat 282,97% dan nilai nominal KUR juga mengalami peningkatan sebesar 5.331,26%. Sementara dalam penyaluran UMi, jumlah debitur terkontraksi -88,52%, dan nominal penyaluran UMi juga terkontraksi sebesar -86,54%.
“Beberapa Isu terkait penerimaan negara di Jawa Timur diantaranya Pajak (DJP) seperti turunnya harga komoditas, sikap wait and see pengusaha akibat pemilu, menahan investasi pasca pemilu, Penerapan PMK 168 yang akan memindahkan penerimaan PPh 21 masa Desember 2023 ke Januari 2024,” ungkap Sigit. (*)
- Pewarta : Tulus Widodo
- Foto : Istimewa
- Penerbit : Dwito