Tarif Listrik dan Bahan Pokok Picu Inflasi di Jawa Timur di Bulan Maret 2025

SURABAYA_WARTAINDONESIA.co – Jawa Timur mengalami inflasi Year on Year (y-on-y) pada Maret 2025 sebesar 0,77%. Hal tersebut dipicu oleh kenaikan harga dari berbagi faktor. Salah satunya adalah tarif listrik dan komoditas kebutuhan bahan pokok.

Informasi tersebut disampaikan langsung oleh Kepalan Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur, Dr. Zulkipli dalam kegiatan Berita Resmi Statistik pada Selasa, (08/04/25) di Kantor BPS Jatim Surabaya.

Dalam kesempatan tersebut Dr. Zulkipli menyampaikan informasi seputar inflasi di Jawa Timur pada bulan Maret 2025 di tengah momen ramadhan dan kenaikan harga emas global. Serta, perkembangan ekspor dan impor serta pariwisata.

Menurut Zulkipli, dampak yang dirasakan mulai dari kinerja Ekspor Impor yang mengalami penurunan pada Januari 2025 nilai ekspor tercatat US$1,96 miliar, turun 7,01% dibanding Desember 2024. Demikian pula nilai impor mencapai US$2,27 miliar atau menurun lebih tajam 18,04%.

Penurunan tersebut berdampak pada neraca perdagangan Jatim mengalami defisit sebesar US$317,20 juta pada Januari 2025.

“BPS Jatim juga mencatat inflasi Year on Year (y-on-y) pada Maret 2025 sebesar 0,77% dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) mencapai 107,43. Inflasi tertinggi tercatat di Banyuwangi 1,89% dengan IHK 108,63,” kata Zulkipli.

Sedangkan inflasi terendah terjadi di Kabupaten Bojonegoro 0,13% dengan IHK 108,58. Bahkan, Kota Kediri mengalami deflasi 0,04% dengan IHK 106,13.

Inflasi y-on-y ini, dipicu oleh kenaikan harga pada beberapa kelompok pengeluaran, terutama kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya yang naik signifikan sebesar 8,94%.

Kelompok lainnya yang turut menyumbang inflasi antara lain: makanan, minuman, dan tembakau (1,64%), pakaian dan alas kaki (1,10%), kesehatan (1,95%), rekreasi, olahraga, dan budaya (1,40%), pendidikan (1,49%); serta penyediaan makanan dan minuman/restoran (2,13%).

Baca Juga  Perkuat Perekonomian Jawa Timur, BI Jatim Rekomendasi 4 Strategi Kunci

“Sebaliknya, 2 kelompok pengeluaran mengalami penurunan indeks, yakni kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 7,49%. Serta, kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan 0,16%,” ungkap Zulkipli. (*)

  • Pewarta : Tulus Widodo
  • Foto : Tulus
  • Penerbit : Rizal IT

You may also like...