Kemendikbudristek Kampanyekan Kearifan Lokal Lewat Gelaran Fesyen Tenun Nusantara

MAGELANG_WARTAINDONESIA.co – Dalam rangka mengangkat dan mengampanyekan kearifan lokal dengan kekinian, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) menyelenggarakan kegiatan pagelaran fasyen dan pameran tenun bertema “Tenun Nusantara: Menjaga Tradisi untuk Bumi Lestari”.

Ajang fasyen yang diselenggarakan pada Rabu, (30/11/22) di kawasan Candi Borobudur ini  menggandeng desainer kawakan Edward Hutabarat.

Direktur Jenderal Kebudayaan, Kemendikbudristek, Hilmar Farid, menyebutkan bahwa kegiatan fashion show adalah kegiatan yang penting dan baik untuk mengangkat dan mengampanyekan kearifan lokal dengan kekinian.

“Yang beda dari fashion show kali ini karena mengangkat hasil karya kerajinan Nusantara. Bahkan cuaca pun tidak menjadi halangan dalam pelaksanaan ini. Walaupun hujan di Kawasan Candi Borobudur namun kita tetap jalan karena antusias dari seluruh pendukung acara,” ucap Hilmar, Rabu, (30/11/22).

Dirjen Hilmar berharap bahwa ke depan akan terus bermunculan hasil-hasil karya nusantara. Kemendikbudristek akan mendukung dan selalu terbuka dalam hal pelestarian budaya.

Perlu diketahui, Edward Hutabarat adalah sosok dengan kepakaran wastra Nusantara yang sukses menggelar presentasi karyanya yang mengangkat eksplorasi kain tenun Nusantara khas Sumba. Koleksi tenun yang ditampilkan merupakan hasil dari kerja sama Edward Hutabarat dengan para artisan lokal yang begitu menginspirasinya sejak ia melakukan perjalanan ke tanah Sumba, sekitar 20 tahun silam.

Sebagaimana wastra Nusantara lain yang sarat akan nilai budaya yang tinggi, kain tenun Sumba memiliki keindahan dari motif yang variatif dan nilai filosofis yang harus tetap dijaga. Hal tersebut yang membuat Edward Hutabarat selalu menjaga pakem dari kain tersebut ketika mengembangkannya.

Edward menilai pentingnya pakem ini karena Kain Sumba (juga kain-kain peradaban dari kepulauan lain) adalah Kain Peradaban. Mereka dicipta untuk melengkapi sebuah seremoni, mulai dari kelahiran, perkawinan, hingga kematian. Dibalik keindahan kain tenun ini, ada serangkaian proses yang panjang dan tidak mudah. Hal ini juga yang turut merepresentasikan kesabaran penenun lokal dalam membuat kain tenun tersebut.

Baca Juga  Nikmati Keseruan Valentine Bagai di Atas Awan Bersama BW Papilio Hotel Surabaya

“Dari mulai memintal sendiri benang dari kapas hingga nantinya menjadi kain, ada satu proses yang disebut Kabakil yaitu teknik akhir dalam menyelesaikan sehelai Kain Sumba, yang dikerjakan dengan arah tenunan berlawanan dan dipelintir,” terang Edward. (*)

  • Pewarta : Bayu ndut/Tulus
  • Foto : Istimewa
  • Penerbit : Dwito

You may also like...