Warga Tengger Berebut Berkah Ritual Kasodo di Kawah Gunung Bromo

PROBOLINGGO_WARTAINDONESIA.co – Berani dan nekat. Mungkin kalimat ini pas apabila ditujukan bagi warga Tengger yang turun di bawah kawah Gunung Bromo untuk berebut mendapatkan berkah dari larungan sesajen yang dilemparkan saat Hari Raya YADNYA KASADA 2020 atau biasa disebut upacara ritual Kasodo.

Terlihat mengkhawatirkan memang saat melihat warga tengger yang berada di bawah kawah Gunung Bromo. Tanpa memperhatikan keselamatan, mereka merebutkan sesajen berupa hasil bumi dan hewan ternak serta uang hanya dengan menggunakan jaring.

Seperti yang dilakukan oleh Aminah (32) warga sekitar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) tanpa terlihat rasa takut ikut turun ke bawah kawah Gunung Bromo demi mendapatkan berkah dari sesajen upacara ritual Kasodo.

“Kalau takut pastilah mas. Namanya juga di kawah. Tapi yang penting kitanya hati hati dan tidak ceroboh saat menangkap hasil bumi maupun ternak yang dilempar. Kita kan masih berada di pinggiran kawahnya tidak sampai ke bawah sekali,” kata Aminah disela sela menangkap hasil larungan pada perayaan YADNYA KASADA 2020, Selasa, (07/07/20) pagi hari.

“Karena, selain ingin mendapatkan berkah dari larungan yang dilemparkan warga, hasil tangkapan berupa hasil bumi dan hewan ternak ini bisa kita manfaatkan untuk kebutuhan sehari hari,” tambahnya sembari tersenyum.

Menurut Aminah, larungan berupa hasil bumi dan hewan ternak ini sebagai wujud rasa syukur dan terima kasih kepada Sang Hyang Widhi yang masih memberikan kelimpahan rahmat-Nya. Dengan diiringi doa doa diharapkan sesajen tersebut dapat memberikan banyak berkah, kesehatan, keselamatan, rejeki dan kebahagiaan untuk semua warga Tengger.

Meskipun dulu masyarakat sempat dilarang oleh pihak TNBTS untuk  tidak berebut sesajen di sekitar kawah Gunung Bromo karena berbahaya, namun hal ini sudah dianggap menjadi suatu tradisi sebagian warga untuk mendapatkan berkah dari upacara ritual Kasodo.

Baca Juga  Grand Whiz Hotel Bromo Tawarkan Paket Transit Seharga IDR 75.000

Larangan tersebut bukan tanpa alasan. Menurut pihak TNBTS dikarenakan, erupsi Bromo yang membahayakan. Selain itu, kondisi fisik kawah juga sudah berubah. Tidak melengkung lagi seperti dahulu. Kawahnya sekarang lurus, lebih bahaya. Serta, banyak masyarakat saat berebut sesajen tidak menggunkan alat pengaman diri. (*)

  • Pewarta : Tulus W
  • Potograper : Tulus
  • Penerbit : Dwito

You may also like...