150 Guru Besar se ASEAN Dukung Bahasa Indonesia Melayu Sebagai Bahasa Ilmiah Internasional
SURABAYA_WARTAINDONESIA.co – Sebanyak 150 Guru Besar (Profesor) se ASEAN menghadiri kegiatan Musyawarah Internasional & Seminar FDGBI (Forum Dewan Guru Besar Indonesia) IV di Kota Surabaya dalam rangka memperjuangkan Bahasa Indonesia Melayu Sebagai Bahasa Ilmiah Internasional.
Musyawarah Internasional & Seminar FDGBI IV yang digagas Universitas Negeri Surabaya (Unesa) pada Selasa, 05 November 2019 di Hotel Golden Tulip Surabaya dihadiri Guru Besar dari 40 Universitas se ASEAN.
Prof Drs. Koentjoro, MBSc, Ph.D selaku Dewan Pertimbangan DGBI, Universitas Gajah Mada (UGM) menyampaikan bahwa, pentingnya diadakan kegiatan seperti ini karena untuk memajukan ilmu pengetahuan. Terlebih dengan adanya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).
“Dalam forum ini kita ingin membahas bagaimana pentingnya Bahasa Indonesia Melayu menjadi bahasa ilmiah internasional. Karena, bahasa Melayu merupakan bahasa ibu di beberapa negara ASEAN,” ucap Prof. Koentjoro dalam sambutannya, Selasa, (05/11/19).
“Dan yang terpenting lagi, banyak calon Guru Besar Indonesia dan beberapa negara lainnya yang terkendala mendapat gelar profesor hanya karena kesulitan mentranslasi artikel ilmiahnya dalam Bahasa Inggris yang menjadi syarat dan standar indeks jurnal kualitas satu dunia seperti Scopus,” sambungnya.
Pentingnya memperjuangkan Bahasa Indonesia Melayu sebagai Bahasa Ilmiah Internasional, masih menurut Prof. Koentjoro, karena, untuk menjadi calon profesor diharuskan ahli dan menguasai Bahasa Inggris saat kualifikasi kepala. Serta, peminat penutur bahasa Indonesia di berbagai negara semaki banyak.
“Sperti di Korea tepatnya di Hankuk University, diajarkan 41 penutur dari berbagai negara. Peminat paling tinggi adalah penutur bahasa Indonesia. Di berbagai negara di Eropa baru mulai. Negara bagian Australia di Victoria justru menjadikan bahasa Indonesia menjadi second language,” terangnya.
Dikesempatan yang sama, Rektor Unesa, Prof. Nur Hasan M Kes mengatakan bahwa, kegiatan ini merupakan momentum menjadikan Bahasa Indonesia sebagai bahasa ilmiah internasional juga menjaga marwah Bahasa Indonesia dalam Sumpah Pemuda.
“Ini momentum menjaga marwah bahasa kita untuk go internasional termasuk untuk pengimplementasian sumpah pemuda,” tutur Prof. Hasan.
Sebagai tuan rumah acara, Unesa yang sekaligus salah satu pioneer penggagas Bahasa Indonesia Melayu harus menjadi bahasa ilmiah internasional tengah mengusahakan untuk mendukung cita cita tersebut.
“Berbagai cara telah Unesa lakukan seperti membuka beasiswa seluas luasanya bagi mahasiswa dari Republik Ceko, Turki, dan negara-negara victoria yang ingin mempelajari Bahasa Indonesia,” ungkapnya.
Prof. Hasan juga berharap, pada bulan Februari Maret mendatang, Korea Selatan, Thailand dan berbagai negara di luar Asia turut bergabung dalam forum. Sehingga, diharapkan bisa memberikan masukan pada cabinet baru agar bahasa Indonesia dan bahasa melayu bisa digunakan dalam bahasa ilmiah. (Tls)
Menurut sy guru bs inggris juga bs dan layak utk diberikan beasiswa juga kr bukankah guru Bhs inggris yg ads so Indonesia juga menguasai bahasa Indonesia sehingga mrk mampu dlm 2 bahasa bahkan akan lebih memudahkan prices pembelajarannya.
Betul sekali …. SETUJU