Aplikasi Pendeteksi Gempa Karya Dekan FMIPA Unesa Akurat dan Cepat

Surabaya (WartaIndonesia) – Akhirnya masyarakat terutama warga yang tinggal di daerah rawan gempa bisa sedikit bernafas lega. Pasalnya, kedepannya nanti masyarakat bisa mendeteksi langsung apabila akan terjadi gempa atau tsunami sejak dini melalui aplikasi Pendeteksi Tsunami.

Aplikasi Pendeteksi Tsunami tersebut merupakan rancangan Guru Besar sekaligus Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Prof Madlazim.

Saat ditemui di ruang kerjanya, Prof. Madlazim mengatakan bahwa, aplikasi Pendeteksi Gempa rancangannya yang diklaim akurat dan cepat hingga mampu mempredikasi terjadinya tsunami hingga empat menit setelah terjadinya gempa bumi tersebut sudah memiliki hak cipta yang diberi nama Joko Tingkir sejak tahun 2013.

“Tujuan saya menciptakan aplikasi Pendeteksi Tsunami ini cuma satu yaitu ingin memberikan informasi yang akurat kepada masyarakat akan terjadinya gempa yang berpotensi tsunami atau tidak,” ucap Prof. Madlazim saat dijumpai di FMIPA Unesa Ketintang Surabaya, Kamis, (24/10/19).

“Sehingga, apabila akan terjadi gempa masyarakat bisa mengetahui lebih cepat dan langsung bisa menyelamatkan diri. Sehingga, dapat meminimalkan banyaknya korban,” imbuhnya.

Alat pendeteksi tsunami ini adalah aplikasi untuk berbagi informasi tentang tsunami secara real time yang bisa diketahui empat menit setelah terjadi gempa bumi. Sehingga, apabila  masyarakat ingin tahu gempa tersebut berpotensi tsunami atau tidak tinggal membuka aplikasi. Dan, secara otomatis langsung ada keterangannya, empat menit setelah gempa.

Disinggung seberapa akuratnya aplikasi Pendeteksi Tsunami rancangannya tersebut bekerja, Prof. Madlazim menjawab, bahwa aplikasi ini sudah diuji coba dan dilakukan kerjasama dengan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) untuk memastikan keakuratannya.

“Alhamdulilah aplikasi rancangan saya ini bekerja maksimal. Bisa dilihat saat terjadi gempa bumi yang terjadi di Mindanao, Filipina, pada 20 Oktober 2019. Ini gempa terbaru yang terjadi di sana, langsung bisa diketahui di sini,” terangnya.

Baca Juga  FKM Unair : Pemuda Miliki Peran Penting Dalam Pengendalian Tembakau

Mengenai keakuratan aplikasinya itu, dalam International Symposium on the Lessons Learnt from the 2018 Tsunamis in Palu and Sunda Strait di Jakarta pada 26–28 September 2019. Dan,  Madlazim menjamin bahwa hasil prediksinya zero false warning alias tidak melesat.

’’Itu terbukti selama masa uji coba, tidak pernah ada kesalahan. Dan selama setahun terakhir, setelah saya kembangkan dalam bentuk aplikasi ini pun demikian, tidak meleset sama sekali,” tegasnya.

Dijelaskan juga, dalam aplikasi tersebut, ada bagian penunjuk lokasi titik terjadinya gempa bumi dalam bentuk aplikasi map. Selain itu, terdapat keterangan parameter gempa di sisi kiri aplikasi. Yakni, keterangan waktu mulai detik, menit, hingga jam. Kemudian, ada lokasi atau titik terjadinya gempa plus keterangan magnitudo gempa.

’’Magnitudo gempa langsung dalam bentuk angka. Misalnya, yang terjadi di Mindanao ini besarnya 5,5 SR. Dan, yang paling penting adalah keterangan peringatan potensi tsunami di bagian bawah aplikasi. Dengan font besar, gempa yang terdeteksi terakhir di Filipina itu tertulis keterangan TIDAK BERPOTENSI TSUNAMI,” tuturnya.

Berdasar observasinya dulu, yakni mulai 2007 hingga 2010, di antara 30 gempa bumi yang terjadi, peringatan dini tsunami dari BMKG hanya tepat untuk delapan gempa. Sementara itu, 22 gempa diprediksi salah. Karena itu, tidak heran BMKG dalam beberapa kasus setelah gempa mengumumkan berpotensi tsunami. Kemudian, ada edaran lagi terkait pencabutan peringatan dini tsunami.

Guru Besar Unesa ini berharap, semoga dalam kesempatan Dies Natalies Unesa pada Desember 2019 nanti aplikasi Pendeteksi Tsunami karyanya tersebut dapat segera dilaunching. Agar bisa segera dimanfaatkan oleh masyarakat luas.

“Aplikasi ini langsung bisa diakses umum lewat http://aptsunami.fmipa.unesa.ac.id. ’Namun, aplikasi ini harus masuk ke web dulu. Ini akan terus dikembangkan lagi ke dalam bentuk aplikasi yang bisa jadi ada notifikasi dan dipasang di Android,” pungkasnya.

Baca Juga  Rektor UNESA Resmi Menjabat Ketua Forum Rektor Indonesia Periode 2023-2024

Perlu diketahui, pengembangan aplikasi tersebut merupakan Konsorsium Riset Unggulan Perguruan Tinggi (KRU-PT) 2019. Selama ini, selain sudah mendapatkan hak cipta, aplikasi tersebut menjadi salah satu alat deteksi tsunami di BMKG. (Tls)

You may also like...