Dosen Psikologi Unair : Pertemanan Bisa Memberikan Dampak Positif dan Negatif

SURABAYA_WARTAINDONESIA.co – Pertemanan (Friendship) seringkali memberikan pengaruh positif bagi seseorang. Seperti, membuat hidup lebih bahagia dan bermakna, memperoleh support system yang baik, dan mampu mengurangi kesepian. Namun, terkadang, pertemanan malah menghasilkan pengaruh negatif pada psikologis seseorang.

Hal tersebut dibenarkan oleh Dosen Psikologi Pendidikan dan Perkembangan Unair, Dr. Primatia Yogi Wulandari, S.Psi., dalam kesempatan diskusi Healing Relationship yang diadakan pada Sabtu, (11/07) lalu oleh Psikologi Unair Surabaya.

Dr. Primatia Yogi Wulandari mengatakan bahwa, manusia pada dasarnya merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam hal ini, salah satu lingkungan sosial yang paling banyak berpengaruh terhadap karakter dan kehidupan psikologis manusia adalah lingkungan pertemanan.

“Namun, pada beberapa situasi, terdapat pertemanan yang malah menghasilkan pengaruh negatif pada psikologis seseorang. Istilah populer dari situasi tersebut adalah toxic friendship,” kata Dr. Wulandari.

“Pertemanan itu harusnya bersifat mutualisme. Jika hanya menguntungkan satu pihak saja, bisa jadi itu mengarah pada hubungan yang negatif dan merugikan,” sambungnya.

Terdapat delapan dampak negatif yang diakibatkan oleh pertemanan yang tidak sehat. Diantaranya, rasa stres, sedih, cemas, meragukan diri sendiri, merasa disalahgunakan, merasa tidak menjadi diri sendiri, hilangnya kepercayaan, serta membuat individu selalu merasa melakukan giving.

Dalam kacamata psikologi sendiri, lanjut Dr. Wulandari, terdapat tujuh tipe toxic people yang mungkin saja ditemui dalam hubungan toxic friendship. Tipe pertama adalah the user, mereka hanya akan ada apabila membutuhkan sesuatu. Mereka cenderung manipulatif dan apabila keperluannya telah terpenuhi maka akan pergi begitu saja. Tipe kedua adalah the leech yang cenderung menggantungkan diri pada orang lain. Ketiga adalah the drama queen.

“Tipe ini mungkin banyak ditemui dalam circle pertemanan perempuan. Tapi tidak jarang juga ditemukan pada lelaki. Bagi mereka hidupnya penuh kekecewaan dan kesedihan sehingga selalu merasa membutuhkan perhatian,” terangnya.

Baca Juga  Menteri Nadiem : SDM Vokasi Indonesia Miliki Kapasitas Saing di Industri Dunia

Tipe selanjutnya adalah negative nellie di mana individu selalu mengeluh dan berpikiran negatif, bahkan pada hal-hal positif sekalipun. Tipe kelima adalah critical cathy yang senang mengkritik. Tipe keenam adalah the gossip hound yang gemar menyebarkan gosip. Sementara tipe terakhir adalah the rebel yang mengajak pada hal-hal yang buruk.

Pada dasarnya untuk menentukan apakah pertemanan kita toxic atau tidak, semuanya bergantung pada persepsi individu. Apakah hal tersebut dirasa mengganggu dan berdampak negatif bagi dirinya. Tetapi, terdapat beberapa aspek yang dapat menentukan apakah pertemanan tersebut toxic atau tidak.

Ada sepuluh pertanyaan sederhana untuk mengetahui toxic atau tidak. Diantaranya adalah apakah kamu merasa mereka menyukai kamu apa adanya? Kedua, apakah kamu merasa menikmati kebersamaan dengan mereka. Jika kamu merasa tegang, emosi, atau muncul perasaan negatif lain selama bersama mereka, bisa jadi itu bukan pertemanan yang sehat, apakah mereka membuat kamu merasa berharga? apakah mereka selalu ada ketika kamu membutuhkan?.

“Apabila ada tiga sampai lima jawaban Tidak dari sekian pertanyaan di atas, maka pertemanan kalian sudah termasuk toxic,” ungkap Dr. Wulandari.

Dr. Wulandari juga menghimbau untuk mengenali dan mengatasi circle pertemanan yang tidak sehat. Oleh karena itu, habiskan waktu dengan orang-orang yang tersayang dengan mengatasi atau menjauhi toxic friendship. (*)

  • Pewarta : Tulus W
  • Foto : Istimewa
  • Penerbit : Dwito

You may also like...