LSF Gandeng UM Surabaya Ajak Masyarakat Cerdas Memilah Tontonan Sesuai Usia

SURABAYA_WARTAINDONESIA.co – Sebagai lembaga negara independen yang memiliki tugas melakukan penyensoran film dan iklan, Lembaga Sensor Film (LSF) Indonesia secara konsisten memberikan perlindungan kepada masyarakat dari dampak negatif film dan iklan film.

Oleh karena itu, tidak cukup hanya dengan kebijakan Surat Tanda Lulus Sensor (STLS), LSF Indonesia juga mengedukasi masyarakat melalui penguatan fungsi literasi yang diwujudkan dalam bentuk sosialisasi Gerakan Nasional Budaya Sensor Mandiri (GNBSM) di seluruh Indonesia.

Kali ini, menggandeng Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya, LSF Indonesia mengadakan kegiatan sosialisasi GNBSM pada Selasa, (30/04/24) di Kota Surabaya.

Ketua Subkomisi Hukum dan Advokasi Komisi II LSF RI, Saptari Novia Stri, S.H, mengatakan bahwa, nasyarakat dan publik perlu mendapatkan pendidikan dan pengetahuan terhadap film dan iklan film melalui penguatan fungsi literasi.

“Agar masyarakat memiliki kepedulian dan kesadaran untuk memilah dan memilih tontonan sesuai dengan klasifikasi usia dan peruntukkannya,” kata Saptari dalam sambutannya di acara sosialisasi GNBSM, Selasa, (30/04/24) di Surabaya.

Menurut Saptari, GNBSM harus hadir pada diri masyarakat dengan munculnya banyak film yang tayang di Indonesia di era digital ini. Oleh karena itu, MoU dilakukan dengan universitas-universitas di Indonesia, termasuk dengan UM Surabaya.

Ditempat yang sama, Wakil Rektor III UM Surabaya, Dr. Ma’ruf Sya’ban, S.T, S.E, M.AK mengapresiasi dan mengaku bangga bisa bekerjasama dengan LSF Indonesia dalam rangka mengkampanyekan program GNBSM demi perkembangan perfilman Indonesia.

“Diharapkan hadirnya LSF ini tidak hanya menyensor film tapi bisa memberikan edukasi serta menentukan prioritas tayangan terbaik untuk dikonsumsi masyarakat dengan adanya prioritas penentuan klasifikasi usia dan budaya memilah dan memilih tontonan,” terang Dr. Ma’ruf.

Hadirnya era Disrupsi Digital, kini menonton film tidak harus datang ke bioskop atau melalui televisi, namun bisa menonton lewat gadget. Karena itu dibutuhkan kapasitas literasi yaitu dapat memilah dan memilih tontonan serta dapat menentukan kesan dan manfaat setelah menonton.

Baca Juga  Kursi Kereta Api Eksekutif Bukti Inovasi Hebat SMK Pusat Keunggulan

“Dengan didominasinya kampus oleh generasi Z sebagai generasi penerus bangsa, kampus memiliki peran penting dalam litewrasi digital. Karena perkembangan era digital semakin pesat dan berkembang, dan dunia pendidikan harus up to date dengan perkembangan zaman,” ungkap Dr. Ma’ruf.

Sedangkan, paradigma literasi digital sangat menentukan perkembangan bangsa. Literasi digital menjadi bagian dari perkembangan kognitif, melibatkan kemampuan pembelajaran yang efektif dan efisien berdasarkan nilai-nilai yang ada. Peran kampus sangat menentukan apa yang menjadi tugasnya yaitu edukasi. Menjadi tantangan untuk perguruan tinggi bisa menghasilkan lulusan yang memiliki kemampuan dalam literasi teknologi. Selain itu, dalam era digital, teknologi bukan hanya tentang kecanggihan tapi juga kemanfaatan. (*)

  • Pewarta : Tulus Widodo
  • Foto : Tulus
  • Penerbit : Dwito

You may also like...