Perkuat Ketahanan Budaya, Kemendikbudristek Angkat Cerita Panji
SURABAYA_WARTAINDONESIA.co – Sebagai wujud komitmen bersama untuk terus membumikan cerita asli Indonesia yang masuk dalam Memory of The World (MoW) UNESCO itu kepada dunia dan generasi bangsa Indonesia, Kemendikbudristek menggelar Seminar dan Workshop Internasional Panji 2023.
Mengusung tema ‘Cerita Panji: Ketahanan Budaya dalam Perjalanan Lintas Waktu’, Seminar dan Workshop Internasional Panji 2023 yang diadakan pada Rabu, (18/10/23) di Gedung Fakultas Kedokteran (FK) UNESA ini bersinergi bersama Pemprov Jatim dan Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) UNESA.
Sejumlah pakar lintas disiplin ilmu dari berbagai negara; Jerman, Malaysia hingga Singapura tampak turut hadir. Diantaranya, Dr. Lydia Kieven, Arkeolog (University of Bonn, Jerman), Prof. Noriah Mohamad (Universiti Sains Malaysia), Dr. Soo Pong Chua (Artistic Adviser of the Singapore Chinese Dance Theatre), Prof. Dr. Ing Wardiman Djojonegoro (Mendikbud periode 1993-1998), Dr. Setyo Yanuartuti, M.Si., (UNESA) dan Dr. Karsono H. Saputra (Universitas Indonesia).
Wardiman Djojonegoro pada kesempatan itu menyoroti cerita Panji yang lebih populer di luar seperti Thailand misalnya ketimbang di masyarakat Indonesia sendiri. Karena itu menurutnya, cerita Panji harus terus diwariskan sesuai perkembangan konteks dan zamannya.
“Kalau dulu diceritakan turun temurun. Nah, sekarang cerita Panji harus menjangkau media baru seperti televisi, film, medsos agar anak-anak dan cucu kita tahu dan memahami cerita asli Indonesia ini,” kata Wardiman.
Apabila, lanjut Wardiman, Panji tidak diceritakan kepada mereka (generasi: red) sesuai zamannya, dikhawatirkan akan masa depan budaya bangsa.
Pentingnya cerita Panji tersampaikan kepada generasi muda bangsa Indonesia selain berkaitan dengan ketahanan budaya bangsa, juga tidak lepas dari nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Arkeolog Jerman, Lydia yang lama meneliti Panji di Indonesia mengungkapkan sejumlah temuannya.
Salah satunya terkait simbol harmoni dan kedamaian dalam beberapa peninggalan lampau yang berkaitan dengan Panji. Cerita Panji, lanjut Lydia, bisa dijumpai di relief candi sekitaran Jawa Timur seperti Candi Kendalisodo di Penanggungan yang bercerita tentang heroisme, cinta, perpisahan, petualangan, dan penyatuan kembali.
“Di Candi Penataran digambarkan figur Panji yang memakai baju yang sederhana. Panji dan Candra Kirana itu yang duduk di atas batu kasar. Kesederhanaan itu sebagai nilai luhur. Dalam ini ada nilai sejarah, dan budaya yang memukau,” papar Lydia sembari menunjukkan relief Panji kepada ratusan peserta.
Sementara itu, Setyo Yanuartuti menyoroti pentingnya strategi dan inovasi pembumian cerita Panji agar menjadi idola generasi muda. Menurutnya, itu bisa dilakukan lewat berbagai cara, seperti mendekatkan cerita Panji pada keseharian anak-anak.
“Barang yang paling dekat dengan anak-anak muda sekarang ya gadget atau media sosial. Nah, kita harus pikirkan bagaimana cerita dan nilai Panji itu mudah diakses anak-anak sekarang. Kita perlu ada inovasi ke arah sana,” pungkas Setyo. (*)
- Pewarta : Tulus Widodo
- Foto : Istimewa
- Penerbit : Dwito