Smart Charging Station Ramah Lingkungan Karya Mahasiswa ITS Siap Suplai Kendaraan Listrik

SURABAYA_WARTAINDONESIA.co – Kekhawatiran masyarakat saat ingin membeli kendaraan listrik ramah lingkungan karena terbatasnya charging station seperti SPBU kini akan segera terhapuskan.

Pasalnya, Tim Ancharg yang terdiri dari tiga mahasiswa Departemen Teknik Mesin dan Departemen Teknik Sistem dan Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Puguh Pambudi, Valiant Tirta Amarta, dan Pebiria Vorenza telah siap merancang Smart Charging Station sebagai suplai energi listrik yang ramah lingkungan.

Puguh, Ketua Tim Ancharg, menjelaskan gagasan ini muncul seiring meningkatnya jumlah kendaraan listrik di masa depan. Tentunya turut meningkatkan kebutuhan terhadap keberadaan charging station.

“Inovasi ini diangkat dari banyaknya kebutuhan charging station saat ini, namun charging station yang ada masih bersumber pada Perusahaan Listrik Negara (PLN). Sedang, 55 persen sumber listrik PLN berasal dari batu bara,” kata Puguh, Sabtu, (12/12/20).

Oleh karena itu, lanjut Puguh, charging station yang ada memerlukan inovasi pembaruan yang lebih ramah lingkungan. Sehingga mereka melihat kondisi eksisting mana yang memiliki potensi untuk dijadikan bahan.

“Kami akhirnya memilih energi matahari, untuk nantinya kami jadikan charging station bertenaga panel surya,” terangnya.

Menurut Puguh, untuk pemilihan energi matahari ini didasarkan oleh Indonesia yang merupakan negara agraris dengan radiasi matahari cukup, sekitar 1.800 kWh/m2/tahun. Sehingga, menurut Puguh, harga Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) juga lebih murah yakni 35 persen dari harga listrik produksi PLN

Selain itu, jika suplai energi matahari tidak mencukupi akibat cuaca, Tim Ancharg sudah menyiapkan bahan energi cadangan. Yakni biomassa dari limbah pertanian yang nantinya digunakan generator dual fuel untuk menyuplai listrik charging station. Sebab limbah pertanian di sejumlah daerah di Jawa Timur cukup melimpah.

Baca Juga  Bersinergi dengan Indonesia Power, ITS Kembangkan Riset Kompor Pintar

“Terdapat sekitar kurang lebih 100 juta ton limbah pertanian yang dihasilkan Indonesia setiap tahunnya. Hal ini menjadikan peluang tersendiri bagi timnya untuk memanfaatkan potensi yang dihasilkan dari biomassa tersebut sebesar 49,81 GW,” tandasnya.

Mahasiswa Departemen Teknik Mesin ini menjelaskan, smart charging station buatan timnya ini nantinya akan memanfaatkan panel surya untuk mengambil secara langsung sinar matahari. Selanjutnya energi panas yang dikumpulkan panel surya akan disimpan dalam baterai.

Selanjutnya, untuk smart charging station berbahan biomassa prosesnya melalui pengolahan limbah pertanian di dalam gasifier (alat pengubah biomassa menjadi gas). Nantinya, hasil olahan tersebut digunakan untuk menggerakkan genset, sehingga dapat menghasilkan listrik.

Mahasiswa semester lima ini juga menuturkan, smart charging station rancangan mereka semakin unggul dengan penerapan prinsip terbarukan dan ramah lingkungan. Hal ini dapat terlihat dengan pemanfaatan bahan untuk energi listrik berasal dari cahaya matahari dan pemanfaatan limbah pertanian yang diolah dalam bentuk biomassa.

“Sehingga energi yang kami gunakan dapat mengurangi emisi gas rumah kaca secara nasional atau biasa disebut Zero Carbon Pollution,” pungkas Puguh.

Berbuah manis, jerih payah mereka ini juga telah berhasil membawa prestasi. Smart charging station rancangan tim Ancharg ITS ini telah berhasil meraih juara ketiga pada Lomba Karya Tulis Ilmiah EBOTEC.10, Oktober lalu. Pada kompetisi yang digelar oleh HMIE Universitas Gadjah Mada (UGM) ini, tim Ancharg berhasil mengungguli enam finalis lainnya dari perguruan tinggi nasional. (*)

  • Pewarta : Tulus W
  • Foto : Istimewa
  • Penerbit : Dwito

You may also like...