
Unesa Ajak Generasi Muda Turut Melestarikan Seni Budaya Wayang Kulit
SURABAYA_WARTAINDONESIA.co – Dalam rangka menumbuhkan rasa kebangsaan dan cinta terhadap seni-budaya serta kearifan lokal, Universitas Negeri Surabaya (Unesa) mengajak masyarakat terutama generasi muda menghadiri acara Pagelaran Wayang Kulit bersama Ki Cahyo Kuntadi.
Pagelaran Wayang Kulit yang diselenggarakan pada Jumat, (26/09/27) malam di Halaman Rektorat Unesa ini merupakan kolaborasi Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bakesbangpol) Provinsi Jawa Timur bersama Unesa.
Ribuan penonton yang terdiri dari mahasiswa, dosen dan warga sekitar menyaksikan Pagelaran Wayang Kulit berjudul “Baladewa Mbangun Praja” dengan menampilkan pertunjukan Karawitan Madhangkara.

Wakil Rektor Bidang Pendidikan, Kemahasiswaan, dan Alumni, Martadi mengatakan bahwa, pagelaran Wayang Kulit ini sejalan dengan tiga keunggulan Unesa, yakni di bidang olahraga, disabilitas, serta seni dan budaya.
“Acara ini menjadi ruang untuk melestarikan sekaligus dinamisasi bagaimana seni budaya tradisional yang harus kita kenalkan kepada generasi muda khususnya mahasiswa Unesa. Serta, kita kembangkan agar anak muda punya kecintaan terhadap seni budaya daerahnya,” kata Martadi, Jumat, (26/09/25).
Martadi menambahkan, kerja sama Unesa dan Bakesbangpol Jatim dalam melestarikan seni-budaya daerah merupakan kolaborasi strategis. Unesa memiliki peran penting dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang seni-budaya.
“Semoga, civitas dan masyarakat dapat menikmati pagelaran wayang kulit ini untuk membudayakan atau melestarikan budaya bangsa. Sekaligus, bisa menjadi ajang belajar kebudayaan Indonesia,” terangnya.
Ditempat yang sama, Kepala Bakesbangpol Jatim, Eddy Supriyanto menjelaskan, Pemerintah Provinsi Jatim melalui Bakesbangpol memiliki komitmen yang sama agar generasi muda punya nilai kebangsaan dan rasa cinta terhadap budaya bangsanya
“Kami dari pemerintah Provinsi bersinergi dengan Unesa yang memiliki komitmen dan keunggulan di bidang seni dan budaya. Sinergi ini penting dalam melestarikan budaya daerah kita yang semakin lama semakin sunyi dari ruang gerak generasi muda,” tandas Eddy.
Budi Raharjo (22) warga Wiyung Surabaya yang hadir bersama teman temannya mengaku baru kali pertama menyaksikan secara langsung seni budaya wayang kulit yang sebelumnya hanya dilihat melalui televisi.
“Ternyata cerita wayang kulit itu seru dan menghibur. Dalangnya juga hebat memainkan setiap peran lakon pewayangan. Terlebih lagi, para sinden ternyata masih muda muda. Kita jadi malu yang terbiasa terlena dengan dunia digital hingga lupa akan budaya Indonesia yang begitu istimewa,” ungkap Budi. (*)
- Pewarta : Tulus Widodo
- Foto : Tulus
- Penerbit : Rizal IT