
Parade Banyuwangi Ethno Carnival 2025 Pukau Ribuan Wisatawan
BANYUWANGI_WARTAINDONESIA.co – Banyuwangi Ethno Carnival 2025 kembali menyita perhatian ribuan mata tidak saja warga Jawa Timur tapi juga wisatawan asing yang ingin menikmati keindahan seni budaya Indonesia.
Mengusung tema “Ngelukat: Usingnese Traditional Ritual”, Banyuwangi Ethno Carnival 2025 dibuka secara resmi oleh Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa pada Sabtu, (1207/25) di Taman Blambangan.
Tidak hanya berhasil memikat ribuan pengunjung lokal dan mancanegara, acara yang menyajikan semarak warna, gemuruh musik dan deretan kostum etnik ini juga kembali masuk dalam Karisma Event Nusantara (KEN) dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
Gubernur Khofifah mengatakan bahwa, Banyuwangi Ethno Carnival 2025 masuk dalam KEN ini merupakan pengakuan bergengsi atas kualitas, dampak sosial, dan nilai budaya yang diusung. Ini membuktikan, BEC ini milik Banyuwangi, tapi resonansinya sampai ke penjuru dunia.
Menurutnya, gelaran seperti BEC bukan hanya urusan seremonial atau pertunjukan, tetapi bagian dari upaya merawat jati diri bangsa. Ia menilai BEC telah mampu merajut nilai ekonomi, sosial, dan budaya dalam satu panggung yang memuliakan masyarakatnya.
“Ini bukan sekadar parade, tapi pernyataan kuat bahwa budaya adalah daya hidup. Kita sedang menyaksikan proses panjang yang menggambarkan siklus kehidupan manusia, dari lahir hingga dewasa, lewat pendekatan khas Banyuwangi,” ucap Khofifah.
Di atas panggung, pengunjung disuguhkan parade kostum penuh detail, fashion show Puteri Indonesia 2025, serta pertunjukan fragment Ngelukat yaitu Kidung Nyurup oleh Dewan Kesenian Blambangan. Semua disajikan dengan kemasan yang menyentuh rasa sekaligus menghibur.
Tak berhenti di parade, pengunjung juga diajak menikmati pameran interaktif dan kaleidoskop budaya yang menggambarkan keragaman adat Using dan khazanah lokal Banyuwangi. Di setiap sudut, pengunjung tak hanya melihat, tapi ikut merasakan denyut tradisi yang hidup.
Apresiasi juga datang dari Kementerian Pariwisata. Staf Ahli Transformasi Digital dan Inovasi Pariwisata, Masruroh, menegaskan tidak mudah untuk bisa terpilih menjadi bagian dari KEN. Menurutnya, BEC layak diapresiasi karena mampu bertahan dan berdampak positif.
“Ada tiga kunci sukses, antaranya komitmen pimpinan daerah, keterlibatan masyarakat, dan dampak nyata terhadap budaya, sosial, serta ekonomi,” terang Masruroh, yang secara simbolis menyerahkan piagam KEN kepada Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani.
Ipuk pun menegaskan bahwa tema “Ngelukat” tahun ini sarat makna spiritual. Bukan sekadar konsep, tapi perwujudan nyata bagaimana manusia berproses menyucikan diri, menyambung kembali hubungan manusia, alam, dan Sang Pencipta.
“Ini lebih dari sekadar kostum. Setiap gerak tari, irama, dan simbol yang ditampilkan adalah cerminan jiwa masyarakat Banyuwangi. Budaya itu bukan untuk ditinggalkan, tapi untuk terus dihidupkan,” ungkap Ipuk. (*)
- Pewarta : Iwan Banyu
- Foto : Istimewa
- Penerbit : Riza IT