
Agar Isoman Tetap Aman dan Nyaman Pasien Perlu Perhatikan 4 Aspek Penting
SURABAYA_WARTAINDONESIA.co – Meningkatnya jumlah pasien positif Covid-19 membuat ruang isolasi di banyak rumah sakit penuh. Alhasil tak sedikit pasien yang melakukan isolasi mandiri di tempat tinggal mereka.
Perlu diketahui, isolasi mandiri atau isoman dilakukan selama 7 sampai 10 hari untuk mereka yang tidak bergejala. Serta, 14 hari bagi yang bergejala ringan, dengan catatan 3 hari terakhir sudah tidak ada gejala yang muncul. Namun, ada 4 hal yang perlu diperhatikan dan dipenuhi selama melakukan Isoman.
Seperti dikatakan oleh Dosen Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Airlangga (UNAIR) dr. Arief Bakhtiar, Sp.P, bagi pasien yang sedang melakukan Isoman harus memperhatikan 4 hal. Diantaranya adalah, rutin melakukan evaluasi selama menjalani isoman. Evaluasi dapat dilakukan dengan memantau suhu badan. Serta, rutin mengukur saturasi oksigen pada pasien.
“Jika dalam 2 sampai 3 hari kedepan gejalanya semakin memburuk, ya isolasi mandirinya jangan dilanjutkan, segera ke rumah sakit,” ucap dr. Arief, Jumat, (30/07/21).
Kedua, lanjut dr, Arief, tempat tinggal atau rumah dalam kondisi mumpuni selama isoman. Setidaknya ada kamar tersendiri bagi pasien isoman. Lebih baik lagi jika ada 2 kamar mandi, sehingga salah satunya dapat digunakan khusus untuk pasien yang sakit. Selain itu, idealnya ruang isoman memiliki ventilasi yang baik seperti jendela.
“Hindari ruang ber-AC. Karena, ruangan tertutup ber-AC akan semakin menambah konsentrasi virus di udara,” tandasnya.
Ketiga, menurut Dokter Spesialis Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi (Paru) ini, selama masa isoman semua anggota rumah wajib menjalankan prokes dengan ketat. Termasuk selalu memakai masker. Selain masker, disinfeksi juga perlu dilakukan pada tempat-tempat yang sering disentuh, seperti pintu; pagar; dan meja. Untuk makan, sambungnya, lebih baik diantar. Ia juga menyarankan untuk menggunakan alat makan sekali pakai.
Dan yang keempat, sebelum isoman, pastikan pasien atau keluarga memiliki kontak dengan tenaga medis atau fasilitas kesehatan. Tujuannya, jika sewaktu-waktu keadaan pasien memburuk, dapat melakukan konsultasi dengan pihak medis.
“Ingat, isoman bukan berarti benar-benar terisolasi. Tatap muka dengan anggota keluarga masih bisa dilakukan. Namun, jaraknya harus tetap berjauhan tidak kurang dari 2 meter,” pungkas dr. Arief.
Tentunya, selama isolasi mandiri pemenuhan nutrisi harus tetap terjaga. Karena, tubuh membutuhkan nutrisi yang cukup dapat memberikan energi yang cukup pula bagi tubuh. Dan, kebutuhan nutrisi seseorang saat isolasi mandiri berbeda-beda. Selalu, konsumsi sumber protein, karbohidrat, sayur dan buah, serta air yang cukup.
Penting untuk disadari bahwa jangan memaksakan isoman. Jika ada perburukan harus ke rumah sakit atau usahakan ada pertolongan dari pihak medis. (*)
- Pewarta : Tulus W
- Foto : Istimewa
- Penerbit : Dwito