Laporan Keuangan PT Astra Internasional Tahun 2019
JAKARTA_WARTAINDONESIA.co – Kinerja Grup selama tahun 2019 terimbas pelemahan konsumsi domestik dan rendahnya harga-harga komoditas, tetapi diuntungkan oleh peningkatan kinerja dari bisnis jasa keuangan dan kontribusi dari tambang emas Grup yang baru diakuisisi.
Hal tersebut disampaikan langsung oleh Presiden Direktur PT Astra Internasional Prijono Sugiarto melalui rilis resminya pada Kamis, 27 Februari 2020 di Jakarta.
Prijono Sugiarto menyampaikan bahwa, prospek pada tahun 2020 masih menantang yang disebabkan ketidakpastian kondisi makro eksternal, kompetisi di pasar mobil serta harga-harga komoditas yang lemah. Meskipun demikian, kami yakin bahwa Grup berada pada posisi yang baik untuk memanfaatkan momentum dari setiap perbaikan kondisi ekonomi.
“Laba bersih per saham stabil sebesar Rp536. Penjualan sepeda motor meningkat 3%, sedangkan penjualan mobil menurun 8%, dengan peningkatan pangsa pasar untuk keduanya,” kata Prijono mellaui rilis resminya di Jakarta, Kamis, (27/02/20).
“Serta, peningkatan kontribusi laba dari jasa keuangan dan usaha tambang emas. Aktivitas bisnis alat berat, tambang batu bara dan agribisnis terimbas penurunan harga-harga komoditas,” tambahnya.
Sedangkan, ditinjauan dari kinerja Laba bersih Grup stabil, dengan penurunan kontribusi dari divisi agribisnis dan otomotif, yang mengurangi peningkatan kontribusi dari divisi jasa keuangan dan usaha tambang emas Grup.
Pendapatan bersih konsolidasian Grup pada tahun 2019 menurun 1% menjadi Rp237,2 triliun, yang terutama disebabkan oleh penurunan pendapatan dari divisi otomotif dan agribisnis, yang mana penurunan tersebut lebih besar daripada peningkatan pendapatan dari divisi jasa keuangan serta infrastruktur dan logistik.
Laba bersih Grup mencapai Rp21,7 triliun, mencerminkan kinerja yang stabil jika dibandingkan tahun sebelumnya. Nilai aset bersih per saham tercatat sebesar Rp3.652 pada 31 Desember 2019, 8% lebih tinggi dibandingkan dengan posisi akhir tahun 2018.
“Utang bersih, di luar Grup anak perusahaan jasa keuangan, mencapai Rp22,2 triliun pada 31 Desember 2019, dibandingkan dengan Rp13,0 triliun pada akhir tahun 2018,” terangnya.
Hal ini terutama disebabkan oleh tambahan investasi Grup pada jalan tol dan Gojek serta belanja modal pada bisnis kontraktor penambangan. Anak perusahaan Grup segmen jasa keuangan mencatat utang bersih sebesar Rp45,8 triliun pada 31 Desember 2019, dibandingkan dengan Rp47,7 triliun pada akhir tahun 2018.
Dividen final sebesar Rp157 per saham (2018: Rp154 per saham) akan diusulkan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan Perseroan pada bulan April 2020. Usulan dividen final tersebut dan dividen interim Rp57 per saham (2018: Rp60 per saham) yang telah dibagikan pada bulan Oktober 2019, akan menjadikan dividen total pada tahun 2019 sebesar Rp214 per saham (2018: Rp214 per saham). (*)
- Pewarta : Tulus W
- Potograper : Istimewa
- Publisher : Dwito