Meskipun Pandemi, Ekspor INAI Tetap Melaju

SURABAYA_WARTAINDONESIA.co – Aluminium Ekstrusion adalah salah satu industri manufaktur yang masih sanggup bertahan di tengah krisis perekonomian dunia yang berkepanjangan.

PT Indal Aluminium Industry Tbk (INAI) yang bergerak di bidang industri Aluminium Ekstrusion lebih dari 3 dekade telah melalui berbagai situasi dunia usaha. Sehingga, bisa dibilang meskipun pandemi ekspor INAI masih tetap melaju.

Kejelian melihat peluang dan keberanian mengambil resiko telah membuat INAI memiliki segmen pasar tertentu yang akan selalu berkembang. Dengan produk-produk yang  hampir seluruhnya ‘customized‘ (dibuat hanya berdasarkan pesanan) memang akan membatasi kapasitas produksi INAI.

Namun, tingkat loyalitas pelanggan akan lebih besar. Bahkan di saat perang dagang (trade war) negara-negara adikuasa yang telah menyebabkan krisis global, INAI malah berhasil menangkap peluang yang tercipta dari kondisi tersebut. Permintaan aluminum ekstrusion dari Amerika Serikat dan negara-negara pendukungnya yang sebelumnya mendapat pasokan dari Republik China, terpaksa beralih ke pemasok-pemasok lain termasuk INAI.

Alim Prakasa selaku Executive Managing Director INAI mengatakan bahwa, berkat pengalaman dan ketepatan INAI memilih pangsa pasar produk ‘customized‘ berkualitas internasional, maka INAI tidak mengalami kesulitan untuk memenuhi permintaan pasar ekspor tersebut.

“Hal ini tampak dari data bahwa dalam beberapa waktu terakhir ini, lebih dari separuh pendapatan INAI justru berasal dari penjualan ekspor ke Amerika Serikat, Eropa, Australia dan sebagainya,” ucap Alim Prakasa, Selasa, (31/08/21).

Disampaikan juga, komposisi penjualan ekspor INAI pada tahun 2019 adalah sebesar Rp.570,18 miliar atau 46,88% dari total pendapatan dan dipertahankan pada tahun 2020 sebesar Rp.514,11 miliar atau 49,97% dari total pendapatan.

“Selama daya serap pasar domestik masih belum pulih seperti semula, diperkirakan pasar ekspor akan terus menyumbang pendapatan INAI secara signifikan di tahun 2021 dan selanjutnya,” terangnya.

Baca Juga  TPS Berikan Tindakan Tegas Bagi Pelanggar Impor

Sementara itu, lanjut Alim Prakasa, sektor jasa konstruksi yang selama ini menyumbang sekitar 25%-35% dari total pendapatan INAI, kondisi marjin keuntungannya cukup fluktuatif sehingga akan lebih selektif dalam pemilihan proyek, mengikuti kondisi dunia usaha nasional.

“Secara konsolidasi total nilai pendapatan INAI di tahun 2020 adalah sebesar Rp.1.028,91 miliar diikuti laba usaha Rp.21,46 miliar dan laba bersih Rp.3,99 miliar,” tandasnya.

Perlu diingat, INAI menjalankan setiap strategi usaha dengan cukup berhati-hati. Situasi yang tidak terduga seperti pandemi Covid-19 yang berkepanjangan telah mengakibatkan beberapa negara jatuh ke dalam resesi, juga membuat banyak sektor industri nasional mengalami perlambatan.

INAI juga telah melakukan revisi atas strategi perluasan kapasitas dengan lebih terencana. Peremajaan fasilitas produksi maupun penambahan kapasitas produksi tetap dilakukan namun dengan kerangka waktu yang mengikuti perubahan kebutuhan pasar.

INAI tetap berpegang pada kebijakan usaha yang dapat memberi konsumen berbagai alternatif pilihan yang lebih luas dan lebih baik, di antaranya adalah brand HOMELUX sebagai salah satu lini produk premium INAI. Selain itu meningkatnya kebutuhan akan energi ramah lingkungan membuat INAI memutuskan untuk memasuki industri pendukungnya yaitu solar panel frame & parts (perlengkapan panel tenaga surya).

“Produk tersebut adalah produk masa depan yang akan terus berkembang pemakaiannya mengingat energi adalah sebuah kebutuhan mutlak,” punkas Alim. (*)

  • Pewarta : Tulus
  • Foto : Istimew
  • Penerbit : Dwito

You may also like...