Geliat Unair Ajak Kader Masyarakat Turut Serta Penanganan Sejak Dini TB Anak

SURABAYA_WARTAINDONESIA.co – Sebagai bentuk komitmen terus mendukung kesehatan Ibu dan anak, Geliat Unair (Gerakan Peduli Ibu dan Anak Sehat Universitas Airlangga) secara konsisten melakukan sosialisasi kesehatan kepada masyarakat.

Kali ini, bersama Unicef Indonesia pada Selasa, (23/08/22) di Kecamatan Pabean Cantikan Surabaya, Geliat Unair mengundang Kader dan instansi terkait untuk mengikuti sosialisai kesehatan dengan agenda “FGD Eliminasi TB Anak”.

Dosen Program Eliminasi TB Anak Geliat Unair, Wahyul Anis, S.Keb., Bd., M.Kes menjelaskan bahwa, program ini merupakan bagian dari program kemitraan Unair – Unicef tahun 2022 untuk teus mendukung berbagai upaya kesehatan ibu dan anak Indonesia.

“Dengan terus konsisten melakukan sosialisasi dan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat khususnya para ibu ini diharapkan bisa mengetahui dan mencegah adanya tanda tanda sakit sejak dini kepada ibu dan anak. Terutama terkait Tuberkulosis (TBC) alias TB anak,” ucap Wahyul, Selasa, (23/08/22).

Menurut Wahyul, TB merupakan penyakit infeksi yang paling banyak menyebabkan kematian pada anak. Anak lebih beresiko untuk menderita TB berat seperti TB Miller dan Meningtis TB.

“Untuk itu, Geliat Unair berharap, melalui program FGD (Focus Group Discussion) Eliminasi TB Abak ini bisa lebih meningkatkan kesadaran masyarakat untuk pentingnya terus menjaga kesehatan dan mengetahui sejak dini gejala TB anak,” terangnya.

Dalam kesempatan program FGD Eliminasi TB Anak juga dihadiri pihak Dinas Kesehatan Kota Surabaya untuk memberikan pemaparan lebih jauh terkait cara mendeteksi adanya gejala TB pada anak sejak dini.

Kepala Sub Pencegahan Penyakit Menular Dinkes Kota Surabaya, dr. Daniek Suryangdiah, M.Kes memaparkan bahwa, Tuberkulosis anak di Indonesia dianggap cukup mengkhawatirkan dan perlu dilakukan pencegahan dan pengobatan.

“WHO Global Tuberculosis  Report tahun 2021menunjukkan Indonesia menjadi negara tertinggi ketiga dengan beban TB, TB HIV dan TB RR,” tutur dr. Daniek.

Baca Juga  Atasi Kemiskinan, Kemensos RI Gandeng PTN-PTS se-Jatim

Estimasi kasus tahun 2019 terdapat 845.000 orang menderita TBC. Sedangkan, ada 17 persen penderitanaya adalah anak anak. Sedangkan, data Kemenkes tahun 2019 menunjukkan 3.414.150 orang di Indonesia diperkirakan sakit TBC. Untuk Tuberkulosis anak di Surabaya sendiri tren penemuan kasus TB anak mengalami peningkatan meskipun tidak signifikan.

Gejala TB sendiri pada anak tidak khas. Seperti, penurunan berat badan, lemah dan letih. Sedangkan, Lesu merupakan gejala utama pada TB pada anak.

“TB anak bisa disembuhkan. Dan ini pentingnya peran serta semua lapisan masyarakat untuk lebih memahami dengan jelas terkait bagaimana mendeteksi sejak dini adanya TB anak. Agar, bisa dilakuakn pengibatan lebih cepat hingga sembuh,” ungkapnya. (*)

  • Pewarta : Tulus W
  • Foto : Tulus
  • Penerbit : Dwito

You may also like...