
Museum Etnografi Unair Ajarkan Siswa Mengenal Tradisi Pemakaman di Indonesia
SURABAYA_WARTAINDONESIA.co – Siswi SMP Al Falah Surabaya tiba tiba berteriak histeris ketika memasuki ruangan dan lorong menuju Museum Etnografi atau Museum Kematian Universitas Airlangga (Unair) Surabaya pada Rabu, (22/06/22).
Para siswa siswi kelas 7 dan 8 tersebut dikejutkan dengan suasana museum yang gelap dan menyeramkan dengan tampilan koleksi beberapa wujud makam dari beberapa tradisi budaya di Indonesia.
Museum Etnografi dan Pusat Kajian Kematian yang digagas Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisip) Unair ini menampilkan beberapa tradisi dan ritual pemakaman dari berbagai wilayah di Indonesia sebagai bentuk edukasi kepada masyarakat khususnya pelajar.
Nur Roqi selaku Ketua Panitia program “Study Literasi” mengatakan bahwa, kunjungan ke Museum Etnografi di Unair Kampus B Surabaya ini merupakan bagian dari pogram pendidikan “Study Literasi” yang digalakkan oleh SMP Al Falah Surabaya.
“Program tersebut bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan wawasan serta kemampuan literasi para siswa,” ucap Roqi, Rabu, (22/06/22).
Sebelum memasuki Museum Etnografi atau Museum Kematian tersebut, lanjut Roqi, para siswa terlebih dahulu diajak mengunjungi Perpustakaan Unair. Guna, mengenalkan lebih dekat budaya membaca yang lebih seru dan menarik.
Sedangkan di Musemu Etnografi ini, para siswa SMP Al Falah Surabaya mendapatkan ilmu dan wawasan baru terkait kematian dan cara pemakaman yang dilakukan oleh beberapa daerah dengan menggunakan tradisi dan ritual yang memiliki keunikan tersendiri. Mulai dari model pemakaman di nusantara, kisah kematian unik dari penjuru jagat raya, keterangan tentang mati suri dan lainnya.
Anisah (12) siswi kelas 7 mengaku kaget dan ketakutan serta merinding ketika pertama memasuki ruangan dan lorong Museum Etnografi. Menurutnya, museum tersebut menyeramkan dan terkesan angker.
“Tidak hanya saya, teman teman lainnya juga merasa merinding dan ketakutan awalnya. Apalagi, musik yang mengiringi atau back sound yang didengungkan saat kami memasuki museum begitu khas suasana menyeramkan,” terang Anisa sembari tertawa.
Namun, setelah beberapa lampu diruangan atau lorong diterangkan serta petugas memberikan arahan kepada para siswa suasana menjadi lebih tenang. Menurut Anisah, dirinya mengaku mendapatkan wawasan dan pengetahuan baru tentang budaya kematian dan pemakaman yang ada di Indonesia setelah mengunjungi Museum Etnografi.
“Seru, menarik meskipun bikin merinding. Tapi, saya senang bisa mendapatan ilmu baru adanya tradisi pemakaman seperti di Desa Trunyah Bali atau Kuburan Lemo Toraja yang unik,” ungkap Anisa. (*)
- Pewarta : Tulus W
- Foto : Tulus
- Penerbit : Dwito