
Wujudkan Anak Indonesia Sehat, YAICI Gandeng Mahasiswa Kampanyekan #MilenialsSadarGizi
SURABAYA_WARTAINDONESIA.co – Dalam rangka mewujudkan anak anak Indonesia yang sehat dan cerdas, Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia (YAICI) secara konsisten terus lakukan kampanye terapkan hidup sehat.
Kali ini, menggandeng mahasiswa dan generasi milenial, YAICI memberikan edukasi gizi melalui program Roadwshow Kampus bertema “Inilah Saatnya: Aku, Kamu, Kita, Generasi Muda Sadar Gizi”.
Sebanyak 1.200 mahasiswa kampus Muhammadiyah Jakarta dan Universitas Airlangga (Unair) akan turut berpartisipasi mengkampanyekan #MilenialsSadarGizi
Ketua YAICI, Arif Hdayat mengatakan bahwa, YAICI sengaja menggandeng generasi milenial dan mahasiswa karena mereka merupakan pondasi masa depan terkait edukasi dan literasi gizi yang baik untuk masyarakat.
“Kami sudah melakukan penelitian selama 5 tahun terkait gizi terutama kental manis atau biasa disebut SKM. Saat ini, YAICI coba mensasar generasi muda sebagai calon penerus masa depan Indonesia terkait peningkatan literasi gizi terlebih kental manis,” ujar Arif saat menggelar presscon di Surabaya, Selasa, (13/09/22).
Menurut Arif, menurunkan angka stunting dan gizi buruk masih menjadi “pekerjaan rumah” yang seharusnya menjadi prioritas pemerintah saat ini. Pasalnya. Presiden Joko Widodo menargetkan penurunan hingga dibawah 14 persen pada tahun 2024. Sementara, Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2021 yang dilaksanakan Kementerian Kesehatan, angka prevalensi stunting di Indonesia pada 2021 sebesar 24,4%.
Meski demikian, upaya-upaya pencegahan stunting berupa edukasi gizi yang menyasar langsung ke masyarakat perlu terus menerus di lakukan. Salah satunya adalah dengan melibatkan generasi muda dan milenial menjadi agen of change di masyarakat.
YAICI telah sejak lama melakukan edukasi gizi dan memiliki perhatian terhadap persoalan stunting dan gizi buruk.. Terlebih, dengan mencuatnya polemik susu kental manis (SKM) yang membuat BPOM akhirnya mengatur penggunaan produk dengan kandungan gula yang tinggi ini ke dalam PerBPOM No 31 tahun 2018 tentang Label dan Pangan Olahan.
“Dalam kebijakan tersebut, terdapat dua pasal yang menjelaskan bahwa kental manis adalah produk yang tidak boleh dijadikan sebagai pengganti ASI dan dikonsumsi oleh anak diawah 12 bulan, serta aturan mengenai label, iklan dan promosinya,” terangnya.
Dalam kesempatan presscon, Pegiat Literasi, Maman Suherman, mengapresiasi upaya YAICI yang secara konsisten mengkampanyekan dan mengajak masyarakat khususnya para ibu untuk dapat berpartisipasi mewujudkan anak Indonesia sehat dan cerdas melalui literasi gizi.
”Untuk mencapai Generasi Emas 2045, banyak hal yang perlu disiapkan. Pertama, terkait persoalan stunting yang masih jauh dari target yang ditetapkan oleh pemerintah,” tandas Kang Maman.
“Kalau literasi gizi jelek, bonus demografis akan menjadi ancaman bagi kita. Edukasi gizi yang diadakan oleh YAICI menjadi salah satu cara pendekatan kepada generasi milenial bahwa literasi gizi itu penting, karena masih banyak yang salah sangka bahwa kental manis itu susu, padahal bukan. Kental manis bukan susu,” imbuhnya secara tegas. (*)
- Pewarta : Tulus W
- Foto : Tulus
- Penerbit : Dwito