Melalui Program Studi Banding, Geliat Unair Ajak Petugas Kesehatan Maksimalkan Tujuan MTBS
SURABAYA_WARTAINDONESIA.co – Universitas Airlangga (Unair) Surabaya dan Unicef Indonesia secara konsisten terus berkomitmn mendukung berbagai upaya memperkuat kapasitas untuk merencanakan, melaksanakan, memantau dan memberikan layanan kesehatan ibu dan anak yang berkualitas.
Kali ini, Geliat Airlangga selaku pelaksana program kerjasama Unair – Unicef kembali menyelenggarakan kegiatan sosialisasi yang dikemas melalui seminar Studi Banding Implementasi MTBS (Manajemen Terpadu Balita Sakit) Kota Surabaya pada Jumat, (11/11/22) di Gedung Siola Surabaya.
Seminar yang dihadiri 120 peserta dari 63 Puskesmas se-Surabaya ini menghadirkan narasumber dari IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) Jawa Timur, dr. Leny Kartika, Sp.A(K).
Ketua Geliat Unair, Prof. Dr. Nyoman Anita Damayanti drg., M.S menyampaikan bahwa, pentingnya partisipasi masyarakat untuk turut ambil bagian dalam program kesehatan ibu dan anak. Terutama, petugas di puskesmas agar bisa memaksimalkan keberhasilan pencapaian tujuan MTBS.
“Untuk itu, melalui sosialisasi kegiatan seminar Studi Banding Implementasi MTBS ini kita bisa saling berbagi informasi dan menambah ilmu. Agar, tujuan MTBS bisa tercapai dengan baik,” ujar Prof. Nyoman, Jumat, (11/11/22).
Selain itu, menurut Prof. Nyoman, agar pelayanan MTBS terlaksana dengan baik maka perlu ditingkatkan sosialisasi SOP yang disertai pelatihan yang merata untuk semua petugas serta supervisi yang spesifik pada MTBS. Sehingga, bisa meminimalisir angka kematian pada bayi dan balita.
Dalam pemaparannya, dr. Leny Kartika yang juga bertugas di RS dr Soetomo Surabaya bagian Ilmu Kesehatan Anak menyampaikan bahwa, informan utama adalah petugas MTBS yaitu dokter, bidan dan perawat di puskesmas. Namun, MTBS belum berjalan sesuai yang diharapkan. Untuk itu, penting memberikan pelatihan program MTBS.
Sebab, menurut dr. Leny, petugas yang melayani balita sakit belum keseluruhan menunjang keberhasilan pencapaian tujuan MTBS. Karena, belum semua petugas mendapatkan pelatihan MTBS. Terlebih lagi, jumlah petugas tidak sebanding dengan jumlah balita yang sakit.
Perlu diketahui, tahun 2009 proporsi balita sakit di Kota Surabaya yang tertangani MTBS baru sekitar 30,4%.
dr. Leny juga mengingatkan, penyakit yangbisa terjadi pada bayi dan balita dalam MTBS diantaranya diare. Penyebabnya adalah virus. Untuk itu penting bagi petugas puskesmas untuk bisa mengenali tanda bahayanya. Selain itu, penyakit pada bayi dan anak yang perlu diwaspadai adalah Campak dan Demam Berdarah.
“Oleh karena itu, pentingnya kita meningkatkan program MTBS. Sebab, dengan MTBS bisa membantu tenaga kesehatan dan kader untuk mencegah adanya kematian bayi dan balita,” ungkapnya. (*)
- Pewarta : Tulus W
- Foto : Tulus
- Penerbit : Dwito